Wednesday, October 27, 2010

6. (B). Sepuluh Batin Gelisah


B. Sepuluh macam palibodha

Palibodha berarti gangguan dalam meditasi yang menyebabkan batin gelisah dan tidak
mampu memusatkan pikiran pada obyek. Palibodha ini ada sepuluh macam, yaitu :
1. Avasa (tempat tinggal)
2. Kula (pembantu dan orang yang bertanggung jawab)
3. Labha (keuntungan)
4. Gana (murid dan teman)
5. Kamma (pekerjaan)
6. Addhana (perjalanan)
7. Ñati (orangtua, keluarga, dan saudara)
8. Abadha (penyakit)
9. Gantha (pelajaran)
10. Iddhi (kekuatan gaib)

Dalam melaksanakan meditasi, pada umumnya orang yang bermeditasi sering juga mendapat
gangguan yang disebut palibodha.
  1. Ia merasa khawatir akan tempat tinggalnya, terikat dengan rumahnya.
  2. Ia merasa khawatir akan pembantunya dan orang yang bertanggung jawab atas harta bendanya.
  3. Ia merasa khawatir akan persoalannya, apakah meditasi ini akan membawa keuntungan baginya.
  4. Ia merasa khawatir akan murid-murid dan teman-temannya.
  5. Ia merasa khawatir akan pekerjaannya yang belum selesai.
  6. Ia merasa khawatir akan perjalanan jauh yang harus ditempuhnya.
  7. Ia merasa khawatir akan orang tuanya, keluarganya, dan saudarasaudaranya.
  8. Ia merasa khawatir akan kemungkinan timbulnya penyakit. Ia merasa khawatir akan
  9. pelajaran yang ditinggalkannya.
  10. Ia merasa khawatir akan bermacam-macam kekuatan magis yang dipertunjukkan, takut akan kemerosotan kekuatan magisnya.
Palibodha ini harus dibasmi, agar orang dapat memusatkan pikiran dengan baik.

6. (A). Lima Penghalang Pikiran


A. Lima macam nivarana

Nivarana berarti rintangan atau penghalang batin yang selalu menghambat perkembangan
pikiran. Nivarana ini ada lima macam, yaitu :
1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2. Byapada (kemauan jahat)
3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4. Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)
5. Vicikiccha (keragu-raguan)

Untuk menaklukkan kelima rintangan tersebut, orang harus mengetahui sebab-sebab
timbulnya nivarana dan berusaha menghindari sebab-sebab itu serta melakukan usaha-usaha
yang dapat melenyapkan nivarana itu.

1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)

Nafsu-nafsu keinginan (kamachanda) akan timbul apabila orang berulang-ulang
memperhatikan obyek yang indah, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari
nafsu keinginan, hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi dengan memakai obyek
yang kotor atau menjijikkan dan berusaha menghindari obyek-obyek yang bisa merangsang,
berusaha untuk menguasai pikiran dan mengendalikan indriya-indriyanya, senantiasa berbicara
tentang kesempurnaan hidup, tentang kepuasan, kesunyian, kebajikan, kebebasan, bebas dari
nafsu-nafsu.

2. Byapada (kemauan jahat)

Kemauan jahat (byapada) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan obyek
yang menyebabkan timbulnya kebencian, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk menaklukkan
kemauan jahat hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi cinta kasih, senantiasa ingat
bahwa setiap orang adalah pemilik dan pewaris dari perbuatannya sendiri.

3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)

Kemalasan dan kelelahan (thina-middha) akan timbul apabila orang berulang-ulang
memperhatikan rasa segan, rasa malas, kelelahan, mengantuk sesudah makan, tanpa disertai
kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari kemalasan dan kelelahan, orang hendaknya
senantiasa merenungkan suatu cahaya sampai terserap ke dalam batin, senantiasa melihat
penderitaan di dalam ketidak-kekalan, senantiasa merenungkan ajaran-ajaran Sang Buddha dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)

Kegelisahan dan kekhawatiran (uddhacca-kukkucca) akan timbul apabila orang berulangulang
memperhatikan ketidak-tenteraman pikiran, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk
mengatasi kegelisahan dan kekhawatiran, orang hendaknya senantiasa mempelajari dan
memahami kitab suci Tripitaka, serta berusaha melaksanakan sila dengan sempurna.

5. Vicikiccha (keragu-raguan)

Keragu-raguan (vicikiccha) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan sesuatu
yang menyebabkan timbulnya keragu-raguan, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk
membebaskan diri dari keragu-raguan, orang hendaknya senantiasa meneguhkan keyakinan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

6. PENGHALANG BHAVANA


I. Samatha Bhavana

Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai ketenangan.
Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang bermeditasi sering mendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu lima nivarana dan sepuluh palibodha.

A. Lima macam nivarana

1. Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2. Byapada (kemauan jahat)
3. Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4. Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)
5. Vicikiccha (keragu-raguan)

B. Sepuluh macam palibodha

1. Avasa (tempat tinggal)
2. Kula (pembantu dan orang yang bertanggung jawab)
3. Labha (keuntungan)
4. Gana (murid dan teman)
5. Kamma (pekerjaan)
6. Addhana (perjalanan)
7. Ñati (orangtua, keluarga, dan saudara)
8. Abadha (penyakit)
9. Gantha (pelajaran)
10. Iddhi (kekuatan gaib)


II. Vipassana Bhavana

Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang.
Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, terdapat pula rintangan-rintangan yang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang disebut sepuluh vipassanupakilesa.
Vipassanupakilesa berarti kekotoran batin atau rintangan yang menghambat perkembangan Pandangan Terang, di dalam melaksanakan Vipassana Bhavana.

Vipassanupakilesa ini ada sepuluh macam, yaitu :

1. Obhasa, ialah sinar-sinar yang gemerlapan, yang bentuk dan keadaannya bermacam-macam, yang kadang-kadang merupakan pemandangan yang menyenangkan.

2. Piti, ialah kegiuran, yang merupakan perasaan yang nyaman dan nikmat. Piti ini ada lima
macam menurut keadaannya, yaitu :
a. Khudaka Piti, ialah kegiuran yang kecil, yang suasananya seperti bulu badan yang terangkat atau merinding.
b. Khanika Piti, ialah kegiuran yang sepintas lalu menggerakkan badan.
c. Okkantika Piti, ialah kegiuran yang menyeluruh, yang suasananya meriang di seluruh badan, seperti ombak laut memecah di pantai.
d. Ubbonga Piti, ialah kegiuran yang mengangkat, yang suasananya seolah-olah mengangkat badan naik ke udara.
e. Pharana Piti, ialah kegiuran yang menyerap seluruh badan, yang suasananya seluruh badan seperti terserap oleh perasaan yang menakjubkan.

3. Passadi, ialah ketenangan batin, yang seolah-olah orang telah mencapai penerangan sejati.

4. Sukha, ialah perasaan yang berbahagia, yang seolah-olah orang telah bebas dari penderitaan.

5. Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan agar setiap orang juga seperti dirinya.

6. Paggaha, ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih daripada semestinya.

7. Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang sering timbul dan mengganggu perkembangan
kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang ini.

8. Ñana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan mengganggu jalannya praktek meditasi.

9. Upekkha, ialah keseimbangan batin, dimana pikiran tidak mau bergerak untuk menyadari
proses-proses yang timbul

10. Nikanti, ialah perasaan puas terhadap obyek-obyek.

Sepuluh macam vipassanupakilesa ini biasanya timbul dalam perkembangan Sammasana-Ñana,
yaitu ñana yang ketiga.

Tuesday, October 26, 2010

5. (G). Empat Perenungan Tanpa Materi

g. Empat arupa (empat perenungan tanpa materi)

  • Dalam kasinugaghatimakasapaññati, batin yang telah memperoleh gambaran kasina dikembangkan ke dalam perenungan ruangan yang tanpa batas sambil membayangkan, "Ruangan! Ruangan! Tak terbatas ruangan ini!" dan kemudian gambaran kasina dihilangkan. Jadi, pikiran ditujukan kepada ruangan yang tanpa batas, dipusatkan di dalamnya, dan menembus tanpa batas.
  • Dalam akasanancayatana-citta, ruangan yang tanpa batas itu ditembus dengan kesadarannya sambil merenungkan, "Tak terbataslah kesadaran itu". Ia harus berulang-ulang memikirkan penembusan ruangan itu dengan sadar, mencurahkan perhatiannya kepada hal tersebut.
  • Dalam natthibhavapaññati, orang harus mengarahkan perhatiannya pada kekosongan atau kehampaan dan tidak ada apa-apanya dari kesadaran terhadap ruangan yang tanpa batas itu. Ia terus menerus merenungkan, "Tidak ada apa-apa di sana! Kosonglah adanya ini".
  • Dalam akincaññayatana-citta, orang merenungkan keadaan kekosongan sebagai ketenangan atau kesejahteraan, dan setelah itu ia mengembangkan pencapaian dari sisa unsur-unsur batin yang penghabisan, yaitu perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran sampai batas kelenyapannya. Jadi, setelah kekosongan itu dicapai, maka kesadaran mengenai kekosongan itu dilepas, seolah-olah tidak ada pencerapan lagi

5. (F). Satu Analisa Empat Unsur Jasmani

f. Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalam badan jasmani)

Dalam satu catudhatuvavatthana, direnungkan bahwa di dalam badan jasmani terdapat empat
unsur materi, yaitu :

1. Pathavi-dhatu (unsur tanah atau unsur padat), ialah segala sesuatu yang bersifat keras atau
padat. Umpamanya : rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, dan lain-lain.

2. Apo-dhatu (unsur air atau unsur cair), ialah segala sesuatu yang bersifat berhubungan yang
satu dengan yang lain atau melekat. Umpamanya : empedu, lendir, nanah, darah, dan lainlain.

3. Tejo-dhatu (unsur api atau unsur panas), ialah segala sesuatu yang bersifat panas dingin.
Umpamanya : setelah selesai makan dan minum, atau bila sedang sakit, badan akan terasa
panas dingin.

4. Vayo-dhatu (unsur angin atau unsur gerak), ialah segala sesuatu yang bersifat bergerak.
Umpamanya : angin yang ada di dalam perut dan usus, angin yang keluar masuk waktu
bernapas, dan lain-lain.